Sabtu, 27 September 2008

Miskin, Alasan untuk Tidak Etis?

Selama dua tahun ini kalau kita mengikuti berita di televisi, banyak sekali hal-hal tidak etis yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya dalam mencari uang. Beberapa di antaranya adalah penjualan daging gelondong, penjualan daging yang sudah busuk, penjualan daging sampah, pemotongan sapi dengan cara dipotong sebahagian-sebahagian tanpa membunuhnya, dan penggorengan makanan gorengan dengan mencampur plastik.

Tidak habis dipikir mengapa bangsa Indonesia yang sangat agamawi melakukan hal-hal seperti ini. Seharusnya dari suatu bangsa yang sangat beragama, dan yang dasar pertama dari negaranya adalah "KeTuhanan yang maha esa", dapat diharapkan pelanggaran etika yang minimal. Namun, sangat menyedihkan bahwa ketika beberapa oknum diwawancarai menyatakan secara implisit bahwa tindakan-tindakan seperti itu dilakukan karena tidak ada uang, atau miskin. Apakah miskin boleh menjadi alasan untuk tidak menjaga etika? Apabila demikian, apa artinya "KeTuhanan yang maha esa" dan sila-sila lain dalam Pancasila bagi bangsa ini?

Aku tidak percaya bahwa kemiskinan boleh menjadi tiket untuk berbuat jahat dan tidak etis. Aku percaya bahwa ketika seseorang menanamkan integritas yang tinggi di dalam dirinya, dan menjunjung tinggi integritas dalam segala hal, maka upah yang baik akan tiba pada waktunya. Kemiskinan tidak harus menjadikan seseorang jahat. Kemiskinan bahkan seharusnya menjadikan seseorang kuat dalam menghadapi tantangan hidup.

Aku berharap...ya...tetap berharap, bangsaku menjadi bangsa yang hidup dengan integritas tinggi.